Menjawab Salam Ketika di Wc

Menjawab Salam dari Wc

Menjawab Salam Ketika Buang Hajat


Imam Nawawi Rahimahullah berkata:

قَوْلُهُ (إِنَّ رَجُلًا مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبُولُ فَسَلَّمَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ) فِيهِ أَنَّ المسلم في هذا الحال لايستحق جَوَابًا وَهَذَا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Ungkapan Hadits, ("Bahwasanya ada seorang laki-laki yang lewat, sementara Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang kencing, lalu orang itu mengucaplan salam kepada beliau, akan tetapi beliau tidak menjawab salamnya.") Hadits ini menunjukkan bahwa menjawab salam dalam kondisi seperti ini tidak diwajibkan menurut kesepakatan para ulama.

قَالَ أَصْحَابُنَا وَيُكْرَهُ أَنْ يُسَلِّمَ عَلَى الْمُشْتَغِلِ بِقَضَاءِ حَاجَةِ الْبَوْلِ وَالْغَائِطِ فَإِنْ سَلَّمَ عَلَيْهِ كُرِهَ لَهُ رَدُّ السَّلَامِ

Ashan kami (Syafi'iyah) berkata, "Dilarang (Makruh Tanzih) mengucapkan salam kepada orang yang sedang buang air kecil atau besar.

Jika ada seseorang yang mengucapkan salam padanya dalam kondisi seperti ini, maka tidak boleh (makruh Tanzih) untuk menjawab salam tersebut."

قَالُوا وَيُكْرَهُ لِلْقَاعِدِ عَلَى قَضَاءِ الْحَاجَةِ أَنْ يَذْكُرَ اللَّهَ تَعَالَى بِشَيْءٍ مِنَ الْأَذْكَارِ قَالُوا فَلَا يُسَبِّحُ وَلَا يُهَلِّلُ وَلَا يَرُدُّ السَّلَامَ وَلَا يُشَمِّتُ الْعَاطِسَ وَلَا يَحْمَدُ اللَّهَ تَعَالَى إِذَا عَطَسَ وَلَا يَقُولُ مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ

Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa orang yang sedang buang air tidak boleh (makruh tanzih) menyebut nama Allah dengan dzikir apa pun, tidak boleh bertasbih, tahlil, menjawab salam, mengucapkan tahmid saat bersin, menjawab tahmid orang yang bersir; mengucapkan lafazh seorang mu'adzin.

قَالُوا وَكَذَلِكَ لَا يَأْتِي بِشَيْءٍ مِنْ هَذِهِ الْأَذْكَارِ فِي حَالِ الْجِمَاعِ

Mereka juga mengatakan, bahwa semua ini juga tidak boleh dilakukan saat bersetubuh.

وَإِذَا عَطَسَ فِي هَذِهِ الْأَحْوَالِ يَحْمَدُ اللَّهَ تَعَالَى فِي نَفْسِهِ وَلَا يُحَرِّكُ بِهِ لِسَانَهُ

Apabila ia bersin dalam kondisi di atas, maka ia hanya boleh bertahmid dalam hati dan tidak boleh mengucapkannya dengan lisan.

وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مِنْ كَرَاهَةِ الذِّكْرِ فِي حَالِ الْبَوْلِ وَالْجِمَاعِ هُوَ كَرَاهَةُ تَنْزِيهٍ لَا تَحْرِيمٍ فَلَا إِثْمَ عَلَى فَاعِلِهِ وَكَذَلِكَ يُكْرَهُ الْكَلَامُ عَلَى قَضَاءِ الْحَاجَةِ بِأَيِّ نَوْعٍ كَانَ مِنْ أَنْوَاعِ الْكَلَامِ وَيُسْتَثْنَى مِنْ هَذَا كُلِّهِ مَوْضِعُ الضَّرُورَةِ كَمَا إِذَا رَأَى ضَرِيرًا يَكَادُ أَنْ يَقَعَ فِي بِئْرٍ أَوْ رَأَى حَيَّةً أَوْ عَقْرَبًا أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ يَقْصِدُ إِنْسَانًا أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ فَإِنَّ الْكَلَامَ فِي هَذِهِ الْمَوَاضِعِ لَيْسَ بِمَكْرُوهٍ بَلْ هُوَ وَاجِبٌ وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مِنَ الْكَرَاهَةِ فِي حَالِ الِاخْتِيَارِ هُوَ مذهبنا ومذهب الاكثرين

Semua larangan yang kami sebutkan di atas adalah bersifat makruh tanzih dan tidak haram. Pada saat buang air juga dilarang untuk berbicara, kecuali pada saat darurat, seperti melihat adanya bahaya atau binatang berbisa. lnilah pendapat kami dan pendapat mayoritas ulama.

وحكاه بن المنذر عن بن عَبَّاسٍ وَعَطَاءٍ وَسَعِيدٍ الْجُهَنِيِّ وَعِكْرِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عنهم

Dan hal ini disebutkan oleh Ibnu Al-Mundzir dari Ibnu Abbas, Atha', Sa'id Al-juhani dan Ikrimah Radhiyallahu Anhum.

وحكى عن ابراهيم النخعي وبن سِيرِينَ أَنَّهُمَا قَالَا لَا بَأْسَ بِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Sedangkan riwayat dari Ibrahim An-Nakha'i dan Ibnu Sirin menyebutkan bahwa keduanya mengatakan hal itu tidak mengapa.

Wallahu A'lam

[النووي، شرح النووي على مسلم، ٦٥/٤]

Sumber

Kitab Syarah Nawawi ala Muslim juz 4 hal 65

0 Komentar

Posting Komentar