Imam
Nawawi Rahimahullah mengatakan:
يَجُوزُ كَشْفُ
الْعَوْرَةِ فِي مَوْضِعِ الْحَاجَةِ فِي الْخَلْوَةِ وَذَلِكَ كَحَالَةِ الِاغْتِسَالِ
وَحَالِ الْبَوْلِ وَمُعَاشَرَةِ الزَّوْجَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ فَهَذَا كُلُّهُ جَائِزٌ
فِيهِ التَّكَشُّفُ فِي الْخَلْوَةِ
Boleh
membuka aurat ditempat ada hajat dalam kesendirian dan itu seperti keadaan
mandi, kencing, bersetubuh dengan istri, dan lain-lain adalah diperbolehkan
padanya terbuka aurat dalam kesendirian (tidak dilihat orang lain).
وَأَمَّا بِحَضْرَةِ
النَّاسِ فَيَحْرُمُ كَشْفُ الْعَوْرَةِ فِي كُلِّ ذَلِكَ
Adapun
bertelanjang (menampakkan aurat) di hadapan orang, maka hukumnya haram untuk
semua yang disebutkan di atas.
قَالَ الْعُلَمَاءُ
وَالتَّسَتُّرُ بِمِئْزَرٍ وَنَحْوِهِ فِي حَالِ الِاغْتِسَالِ فِي الْخَلْوَةِ أَفْضَلُ
مِنَ التَّكَشُّفِ
Ulama
mengatakan "Dan menutupi dirinya dengan kain atau semisalnya ketika mandi
sendirian lebih utama daripada menyingkapnya (telanjang)."
وَالتَّكَشُّفُ
جَائِزٌ مُدَّةَ الْحَاجَةِ فِي الْغُسْلِ وَنَحْوِهِ وَالزِّيَادَةُ عَلَى قَدْرِ
الْحَاجَةِ حَرَامٌ عَلَى الْأَصَحِّ كَمَا قَدَّمْنَا فِي الْبَابِ السَّابِقِ أَنَّ
سَتْرَ الْعَوْرَةِ فِي الْخَلْوَةِ وَاجِبٌ عَلَى الْأَصَحِّ إِلَّا فِي قَدْرِ الْحَاجَةِ
وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Jadi,
bertelanjang dibolehkan jika hal itu dalam kondisi ada hajat (perlu) dalam
mandi atau semisalnya (dalam kesendirian). Sedangkan lebih dari sekedar ada
hajat (perlu), maka hukumnya haram menurut pendapat yang lebih shahih,
sebagaimana telah kami kemukakan pada bab sebelumnya bahwa menutupi aurat dalam
keadaan sendirian (bukan ketika ada hajat mandi dll) hukumnya wajib menurut
pendapat yang lebih sahih kecuali dalam ukuran ada hajat.
]النووي،
شرح النووي على مسلم، ٣٢/٤[
Sumber
Syarah Nawawi Ala Muslim juz 4 hal 32
0 Komentar