Berhaji atau Berinfak, Mana yang Lebih Utama.?
Pertanyaan mengenai apakah lebih utama untuk berhaji atau berinfak adalah perdebatan yang telah lama ada dalam dunia Islam. Keduanya merupakan amalan baik dalam agama Islam, tetapi memiliki konteks, tujuan, dan manfaat yang berbeda. Untuk memberikan ulasan lengkap tentang hal ini, mari kita tinjau masing-masing aspek dari berhaji dan berinfak.
Berhaji:
Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam dan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu secara finansial dan fisik untuk menjalankan ibadah ini sekali seumur hidup. Haji dilaksanakan di Kota Mekah, Arab Saudi, dan memiliki ritual-ritual yang mengingatkan Muslim tentang kisah-kisah dalam sejarah Islam, termasuk peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Berikut beberapa alasan mengapa berhaji dianggap sebagai amalan yang sangat utama:
Kewajiban Agama: Berhaji adalah salah satu rukun Islam dan merupakan kewajiban bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk melakukannya. Menjalankan kewajiban agama adalah prioritas utama dalam Islam.
Pembersihan Diri: Haji juga diartikan sebagai perjalanan spiritual dan pembersihan diri. Selama menjalankan ibadah ini, seorang Muslim berusaha membersihkan diri dari dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan masa lalu.
Kesatuan Umat Islam: Haji menjadi momen di mana Muslim dari berbagai belahan dunia berkumpul di satu tempat. Ini menggambarkan kesatuan dan solidaritas umat Islam di seluruh dunia.
Berinfak:
Berinfak, atau memberikan sedekah dan amal, juga merupakan ajaran yang sangat penting dalam Islam. Islam mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dengan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Infak memiliki tujuan sosial dan kemanusiaan yang kuat.
Berikut beberapa alasan mengapa berinfak dianggap sebagai amalan yang sangat utama:
Membantu Mereka yang Membutuhkan: Berinfak adalah cara untuk membantu mereka yang kurang beruntung, mengurangi penderitaan, dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan.
Menghindari Kegilaan Terhadap Harta: Islam mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kepemilikan harta dan kepedulian sosial. Berinfak membantu mencegah kecenderungan untuk terlalu terikat pada harta benda.
Pembersihan Harta: Infak juga dipandang sebagai cara untuk membersihkan harta dari unsur-unsur yang tidak halal atau diragukan.
Mana yang Lebih Utama?
Pertanyaan tentang mana yang lebih utama antara berhaji dan berinfak tidak memiliki jawaban yang mutlak. Kedua amalan tersebut memiliki nilai dan tujuan yang berbeda, tetapi keduanya sama-sama penting dalam Islam. Pilihan antara keduanya juga dapat bergantung pada konteks individu dan situasi mereka.
Penting untuk diingat bahwa keutamaan amalan tidak selalu dapat diukur secara materi. Keduanya memiliki nilai yang tinggi dalam pandangan agama, dan pilihan antara berhaji dan berinfak harus didasarkan pada pemahaman yang baik tentang keadaan pribadi dan kesempatan yang ada. Dalam banyak kasus, seorang Muslim dapat memilih untuk menjalankan keduanya jika memiliki kemampuan finansial dan fisik.
Pentingnya berhaji dan berinfak seharusnya mendorong umat Muslim untuk melihat keduanya sebagai komponen penting dalam perjalanan spiritual dan sosial mereka. Memahami konteks dan tujuan masing-masing amalan akan membantu dalam membuat keputusan yang bijak dan bermanfaat bagi diri sendiri dan umat manusia secara keseluruhan.
Antara Haji berkali-kali atau Infaq Fakir Miskin.?
Dalam pembahasan tentang ketertipuan para pemilik harta, dalam Kitab Ihyanya, Imam Ghazali berkata:
وربما يحرصون على إنفاق المال في الحج، فيحجون مرة بعد أخرى، وربما تركوا جيرانهم جياعا
Mereka bersikeras mengeluarkan harta untuk pergi haji berkali-kali dan membiarkan tetangganya kelaparan.
ولذلك قال ابن مسعود: في آخر الزمان يكثر الحاج بلا سبب، يهون عليهم السفر، ويبسط لهم في الزرق، ويرجعون محرومين مسلوبين، يهوي بأحدهم بعيره بين الرمال والقفار، وجاره مأسور إلى جنبه لا يواسيه
Oleh karena itu, Ibn Mas’ud berkata, “Di akhir zaman, banyak orang berhaji tanpa sebab. Mudah bagi mereka melakukan perjalanan. Rezeki mereka lancar. Namun mereka pulang tak membawa pahala dan ganjaran. Salah seorang mereka melanglang dengan kendaraannya melintasi sahara, sementara tetangganya tertawan tak dipedulikannya."
وقال أبو نصر التمار
Abu Nasr at-Tammar berkisah:
إن رجلا جاء يودع بشر بن الحارث، وقال: قد عزمت على الحج فتأمرني بشيء
Seorang laki-laki pamitan kepada Bisyr bin al-Harits. “Aku mau pergi haji. Ada saran?” Katanya.
فقال له: كم أعددت للنفقة؟
“Berapa biaya yang kau sediakan?” Tanya Bisyr.
فقال: ألفي درهم
“Dua ribu Dirham.”
قال بشر: فأي شيء تبتغي بحجك؟ تزهدا؟ أو اشتياقا إلى البيت؟ أو ابتغاء مرضاة الله؟
“Apa yang kaucari dengan hajimu? Kezuhudan? Kerinduan ke Baitullah? Ataukah mencari rida Allah?” Tanya Bisyr.
قال: ابتغاء مرضاة الله
“Mencari rida Allah!” Jawabnya mantab.
قال: فإن أصبت مرضاة الله تعالى وأنت في منزلك، وتنفق ألفي درهم، وتكون على يقين من مرضاة الله تعالى، أتفعل ذلك؟
“Owh. Jika kau bisa meraih rida Allah sementara kau tetap berada di rumahmu, kau infakkan 2000 Dirham dan yakin sepenuhnya akan mendapat rida Allah, apakah kau akan melakukannya?”
قال: نعم
“Ya.”
قال: اذهب فأعطها عشرة أنفس: مديون يقضي دينه، وفقير يرم شعثه، ومعيل يغني عياله، ومربي يتيم يفرحه. وإن قوي قلبك تعطيها واحدا فافعل! فإن إدخالك السرور على قلب المسلم، وإغاثة اللهفان، وكشف الضر، وإعانة الضعيف، أفضل من مائة حجة بعد حجة الإسلام. قم فأخرجها كما أمرناك، وإلا فقل لنا ما في قلبك!
“Pergilah! Sedekahkan 2000 Dirham itu kepada 10 orang: Yang berutang untuk melunasi utangnya. Yang miskin dapat memperbaiki kondisinya. Yang punya keluarga dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Pengasuh anak yatim dapat membuatnya senang. Jika hatimu kuat untuk memberikannya kepada seorang dari mereka, lakukanlah! Sungguh membahagiakan hati seorang muslim, membantu yang kesusahan, menghilangkan kemelaratan, dan menolong yang lemah, adalah lebih utama daripada seratus kali haji setelah haji wajib. Bangkit dan keluarkanlah uang itu sebagaimana saranku. Jika tidak, utarakan kepadaku isi hatimu!”
فقال: يا أبا نصر! سفري أقوى في قلبي
“Aku masih lebih gereget untuk pergi haji, wahai Abu Nasr (kunyah Bisyr)!”
فتبسم بشر رحمه الله وأقبل عليه وقال له
Bisyr pun tersenyum, menghadap kepadanya, dan berkata:
المال إذا جمع من وسخ التجارات والشبهات، اقتضت النفس أن تقضي به وطرا، فأظهرت الأعمال الصالحات، وقد آلى الله على نفسه أن لا يقبل إلا عمل المتقي
“Jika harta dikumpulkan dari kotoran dagangan dan syubhat, nafsu menuntut untuk memenuhi keinginannya dengan harta itu, dan memamerkan amal-amal baik. Padahal Allah bersumpah hanya akan menerima amal orang yang bertakwa.”
0 Komentar