Benarkah Rotib Al-Haddad menjiplak Wirid Arrifai ?

Wirid Thariqah Arrifaiyah

Benarkah Ratib Al-Haddad Menjiplak Wirid Ar-Rifa’i?


Di tengah perbincangan hangat mengenai nasab akhir-akhir ini, amalan yang dinisbatkan kepada Habaib Ba’alawi juga menjadi topik diskusi, salah satunya adalah Ratib Al-Haddad. Ratib ini telah lama menjadi amalan rutin bagi jutaan masyarakat Indonesia. Namun, ada fakta unik yang muncul, yakni lafaz dan susunan dzikir dalam Ratib Al-Haddad ternyata sangat mirip dengan salah satu wirid yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad Ar-Rifa’i. Beberapa orang bahkan langsung menuduh bahwa Imam Al-Haddad telah melakukan "plagiat" dengan menjiplak wirid Imam Ar-Rifa’i, mengingat Imam Ar-Rifa’i wafat pada tahun 578 H, sementara Imam Al-Haddad lahir pada tahun 1044 H, atau 466 tahun setelah wafatnya Imam Ar-Rifa’i.

Apakah sesederhana itu untuk menarik kesimpulan bahwa Ratib Al-Haddad adalah hasil jiplakan dari wirid Imam Ar-Rifa’i? Tidak semudah itu. Mari kita bahas secara objektif.

1. Sejarah Awal Kemunculan Ratib Al-Haddad


Menurut Syaikh Abdullah Bin Muhammad Basaudan dalam kitabnya Dakhiratul Ma’ad Bi Syarhi Ratibil Qutb Al-Haddad, Ratib Al-Haddad pertama kali disusun pada tahun 1071 H. Awal mula kemunculannya adalah ketika ajaran-ajaran yang berbeda dari pemahaman Ahlussunnah wal Jama'ah mulai menyebar di Hadhramaut. Melihat kondisi ini, sebagian ulama meminta kepada Habib Abdullah Al-Haddad untuk mengimla’ (mendiktekan) dzikir-dzikir Nabawi yang bisa dibaca bersama-sama sebagai "benteng" bagi masyarakat dari ajaran-ajaran yang menyimpang. Habib Abdullah Al-Haddad kemudian mendiktekan bacaan Ratib Al-Haddad, dan sejak saat itu, ratib ini mulai menyebar luas.

Ratib Al-Haddad tidak hanya diterima di Yaman, tetapi juga menyebar ke berbagai negeri seperti Haramain, India, dan Syam. Amalan ini dibaca di mana-mana dan diterima dengan baik oleh berbagai kalangan tanpa ada penentangan dari para ulama dari berbagai mazhab pada waktu itu.

2. Kesamaan dengan Wirid Ar-Rifa’i


Tuduhan plagiat terhadap Ratib Al-Haddad muncul karena kesamaan lafaz dan susunan dzikirnya dengan wirid yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad Ar-Rifa’i. Namun, perlu dipahami bahwa dalam tradisi Islam, penyusunan dzikir dan wirid sering kali berdasarkan sumber yang sama, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, kesamaan dalam lafaz atau susunan dzikir tidak serta-merta menjadi bukti adanya plagiat, melainkan bisa jadi karena kedua wirid tersebut mengambil dari sumber-sumber yang sama.

3. Perspektif Ulama


Selain itu, penerimaan Ratib Al-Haddad yang luas di berbagai penjuru dunia Islam tanpa adanya i’tiradh (penentangan) dari ulama-ulama besar pada masa itu menunjukkan bahwa amalan ini dianggap sahih dan sesuai dengan ajaran Islam. Jika Ratib Al-Haddad dianggap sebagai jiplakan, tentu ulama-ulama pada masa itu akan memberikan kritik atau penolakan, namun yang terjadi justru sebaliknya.

4. Pengakuan Imam Abdullah Al-Haddad atas Rabtib al-Haddad


Apakah Habib Abdullah Al-Haddad menisbatkan Rotib ini kepada beliau ? Ya. seperti yang dituliskan oleh murid beliau Habib Muhammad Bin Zain Bin Smith dalam kitabnya Ghoyatul Qasdi wal murad :

كان رضي الله عنه يثني عليه و يوصي به ويقول : راتبنا هذا يحرس البلدة التي يقرأ فيها

“Habib Abdullah Al-Haddad mewasiatkan untuk membaca Rotib ini dan berkata : “ Rotib kami ini menjaga daerah yang dibacakan Rotib ini di dalamnya“

Rotib ini juga rutin dibaca di Masjid beliau mulai tahun 1072 H.

Pensyarah Rotib Haddad yang lain yaitu Habib Alwi Bin Ahmad Al-Hadad menuliskan :

و لا شك و لا ريب في نسبته الى سيدنا الشيخ عبد الله بن علوي الحداد فهو معروف مذكور و مستفيض مشهور كالشمس وقت الظهيرة كتاب على علم

“tidak ada keraguan di dalam penisbatan Rotib ini kepada Syaikh Abdullah Bin Alawi Al-Haddad karena itu sudah sangat masyhur dan diketahui“

5. Penisbatan Wirid yang Sama kepada Imam Ar-Rifa’i


Nisbat Ratib Ar-Rifa'i
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: Apakah wirid yang mirip dengan Ratib Al-Haddad ini merupakan wirid "utama" dalam Tarekat Rifa’iyah? Apakah Imam Ar-Rifa’i sendiri pernah menisbatkan wirid ini kepada dirinya? Dan siapakah yang menisbatkan wirid tersebut kepada beliau?

Setelah melakukan penelusuran, saya belum menemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Imam Ar-Rifa’i menisbatkan wirid tersebut kepada dirinya. Ini berbeda dengan wirid "Tuhfah Saniyyah," misalnya, yang jelas-jelas diwasiatkan oleh beliau kepada salah satu cucunya, Sayyid Ibrahim. Klaim bahwa wirid ini berasal dari Imam Ar-Rifa’i justru datang dari ulama Rifa’iyah "muta’akhirin" (yang datang belakangan) yaitu Sayyid Ibrahim Arrowi Ar-Rifa’i, yang hidup pada abad ke-13 H dan menuliskan dalam kitabnya As-Sayr wal-Masa’i. Dalam kitab tersebut, Sayyid Ibrahim hanya menukil dari "Ba’dhul Masyayikh" (sebagian ulama) bahwa wirid ini adalah bagian dari wirid Imam Ar-Rifa’i. Wirid ini sendiri ditempatkan pada urutan ke-21 dalam kitab tersebut.

Kitab lain yang juga menisbatkan wirid ini kepada Imam Ar-Rifa’i adalah Zad As-Salikin karya Syaikh Fawwaz Al-Tabba. Dalam kitab ini, wirid tersebut dinamakan sebagai "Hizbul Isti’adzah" dan dinisbatkan kepada Imam Ar-Rifa’i. Namun, perlu dicatat bahwa Syaikh Fawwaz adalah ulama muta’akhirin, seorang ulama muda dari Yordania yang masih hidup hingga saat ini.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa perbandingan yang tepat bukanlah antara penisbatan Ratib Al-Haddad dengan penisbatan Imam Ar-Rifa’i, melainkan antara penisbatan Ratib Al-Haddad yang sudah terkonfirmasi dengan penisbatan oleh sebagian ulama dalam Tarekat Rifa’iyah yang hidup jauh setelah masa Imam Al-Haddad. Klaim yang muncul belakangan ini seharusnya ditelusuri sumber dan referensinya lebih mendalam, bukan malah langsung menuduh Imam Al-Haddad sebagai penjiplak.

Perlu diingat bahwa kesalahpahaman dalam penisbatan suatu kitab atau wirid adalah hal yang lumrah terjadi. Oleh karena itu, data, sumber, dan referensi sangat diperlukan dalam menelusuri asal-usul wirid tersebut, terutama jika penisbatan baru muncul setelah Ratib Al-Haddad sudah tersebar luas. Jika ada data yang valid mendukung bahwa wirid tersebut berasal dari Imam Ar-Rifa’i, maka hal itu bisa dibuktikan. Namun, saya sendiri tidak menemukan wirid ini dalam salah satu kitab "kuno" Tarekat Rifa’iyah, yaitu Al-Ma'arif Al-Muhammadiyyah fi Al-Wazhaif Al-Ahmadiyyah yang ditulis oleh cucu Imam Ar-Rifa’i, Syaikh Izzuddin Ahmad As-Sayyad Ar-Rifa’i (wafat 670 H).

6. Pendapat Ulama dan Fakta Menarik


Manuskrip Ratib Al-Haddad
Para ulama dengan keluasan ilmu dan referensi yang mereka miliki tetap menisbatkan Ratib Al-Haddad kepada Habib Abdullah Al-Haddad. Misalnya, Syaikhona Kholil beberapa kali menuliskan dan memberikan ijazah Ratib Al-Haddad kepada para santri dan keluarganya, termasuk kepada Kiai Abdul Karim Lirboyo. Padahal, Syaikhona Kholil adalah seorang mursyid tingkat tinggi dengan sanad dalam berbagai tarekat. Dari kalangan mursyid muta’akhirin juga ada Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki yang tetap menisbatkan Ratib Al-Haddad kepada Habib Abdullah Al-Haddad.

Menariknya, ketika sebagian masyarakat mempermasalahkan penisbatan Ratib Al-Haddad bahkan menjadikannya alasan untuk menggugat nasab, kalangan penganut Tarekat Rifa’iyah justru dengan santai mencantumkan nama Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad Ba’alawi dalam kitab wirid yang mereka baca hingga kini. Dalam salah satu cetakan kitab wirid yang didanai oleh Sayyid Yusuf Ar-Rifa’i (penulis kitab counter terhadap Wahhabi Risalah ila Ulama Najd), tertulis:

ورد الامام أحمد الرفاعي المشهور براتب الامام عبد الله الحداد باعلوي

"Wirid Imam Ahmad Ar-Rifa’i yang masyhur dengan Ratib Imam Abdullah Al-Haddad Ba’alawi" (wirid ke-21 dalam kitab As-Sayr wal-Masa’i).


Hal ini menunjukkan sikap lapang dada dari para ulama dan penganut tarekat Rifa’iyah yang tetap menghormati karya dan amal-amal dari tokoh besar lainnya seperti Habib Abdullah Al-Haddad.

7. Kesimpulan


Ijazah Ratib Al-Haddad
Tuduhan bahwa Ratib Al-Haddad menjiplak wirid Imam Ar-Rifa’i perlu ditinjau kembali dengan bukti dan referensi yang kuat. Selama tidak ada data valid yang mendukung penisbatan wirid tersebut kepada Imam Ar-Rifa’i, maka tidak bisa diganggu-gugat bahwa wirid tersebut berasal dari Habib Abdullah Al-Haddad, sebagaimana telah termasyhur di seluruh penjuru dunia hingga saat ini.

0 Komentar

Posting Komentar