Mungkin ada yang berkata: "Kamu dikafirkan karena mendustakan teks-teks Syara'." Dan Nabi Saw. sendirilah di sini, dan bukan kaum teolog, yang menyempitkan ruang kasih sayang Allah atas manusia ketika beliau menyabdakan: "Pada Hari Kiamat Allah berfirman pada Ādam As.: Hai Ādam, keluarkan ba's (delegasi) Neraka dari anak turunmu!' Dari berapa, Tuhan?' tanya Adam. '999 dari setiap seribu orang,' jelas Allah." Juga ketika Nabi bersabda: "Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang selamat dari mereka hanya satu."
Jawaban kami, hadis pertama memang sahih adanya, akan tetapi makna yang dimaksudkan bukanlah bahwa mereka semua adalah orang-orang kafir yang kekal abadi di Neraka. Mereka hanya masuk Neraka dan dipanggang di atasnya sebesar kemaksiatan yang mereka perbuat, dan orang yang ma'sum (terjaga) dari laku kemaksiatan adalah satu banding satu sebagaimana firman Allah: "Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan mendatangi Neraka itu." (QS. Maryam [19]: 7) Lebih lanjut, delegasi Neraka lebih merupakan istilah untuk orang yang terkena vonis masuk Neraka lantaran dosa-dosanya dan ia berpeluang lepas dari jerat Neraka dengan bantuan syafaat sebagaimana yang diindikasikan dalam hadis-hadis.
Banyak sekali hadis yang mengindikasikan keluasan kasih sayang Allah hingga tak terhitung lagi. Di antaranya hadis riwayat 'Aisyah rda. Dia menuturkan: "Suatu malam saya tidak mendapati Rasulullah (di tempatnya), lalu saya pun mencarinya. Ternyata beliau sedang salat di ruang minumnya. Saya lihat ada tiga cahaya di atas kepalanya. Dan tatkala beliau usai mengerjakan salat, beliau bertanya: 'Siapa gerangan ini?' Saya bilang, 'Saya 'Aisyah, wahai Rasul.' 'Apa kamu melihat tiga cahaya tadi?' tanya Rasul lebih lanjut. Ya, (saya melihatnya), Rasulullah,' jawab saya. Rasul kemudian bersabda, 'Seorang utusan dari Tuhanku datang dan mengabariku berita baik, bahwasanya Allah Swt. akan memasukkan ke Surga (sebanyak) 70 ribu umatku tanpa hisab dan siksaan. Lalu pada cahaya yang kedua datang lagi seorang utusan dari Allah mengabariku bahwa Allah akan memasukkan ke Surga dari setiap satu orang dari ke 70 ribu umatku tadi 70 ribu lagi tanpa hisab dan siksa. Kemudian dalam cahaya ketiga datang utusan Allah mengabari bahwa Allah akan memasukkan ke Surga dari setiap satu orang umatku dari kelipatan 70 ribu orang ini 70 ribu orang lagi tanpa hisab dan siksa.' "Tapi umatmu kan tidak sampai sebanyak ini?' cetus saya. Beliau menjawab, Yang akan menggenapi kamu sekalian adalah orang-orang A'rab yang puasa dan tidak salat." tidak
Hadis-hadis yang mengindikasikan keluasan kasih Allah seperti ini sangat banyak. Dan ini baru pada umat Muḥammad secara khusus. Menurut penulis, kasih sayang Allah mencakup lebih banyak lagi umat-umat terdahulu, meski memang kebanyakan dari mereka ini harus mencicipi Neraka, baik cicipan ringan dalam satu detik atau satu jam, maupun dalam waktu tertentu sehingga mereka disebut sebagai ba's Neraka. Bahkan menurut penulis, mayoritas kaum Nasrani Romawi dan Turki pada masa sekarang juga mendapat payung Kasih Allah, insya Allab. Yaitu orang-orang yang berada di pedalaman Romawi dan Turki yang belum menerima dakwah Islam. Mereka ini terklasifikasikan menjadi 3 kategori. Kategori pertama, adalah mereka yang belum pernah mendengar nama Muhammad Saw. sama sekali. Mereka ini mendapatkan amnesti penuh. Kategori kedua adalah mereka yang sudah mendengar informasi nama, sifat-sifat dan mukjizat-mukjizatnya karena kedekatan mereka secara geografis dengan negara Islam, bahkan bercampurbaur dengan kaum Muslim. Kelompok ini adalah orang-orang kafir dan ateis. Dan kategori ketiga adalah mereka yang berada di antara kedua kategori di atas, dalam artian mereka sudah mendengar informasi tentang nama Muhammad Saw., namun belum pernah mendengar sifat-sifat dan predikatnya. Bahkan sejak kecil mereka sudah mendengar informasi tentang seorang pendusta bernama Muhammad yang mengaku sebagai nabi sebagaimana kita sewaktu kecil mendengar isu seorang pembohong bernama al-Muqaffa-semoga Allah membangkitkan dirinya mengklaim diri sebagai Nabi secara fiktif. Menurut saya, kategori ketiga ini sama dengan kategori pertama. Karena meskipun belum pernah mendengar namanya, mereka minimal pernah mendengar isu miring tentang sifat-sifatnya, dan ini tidak menggerakkan motivasi untuk mencari tahu.
Sementara itu hadis lain yang menyatakan bahwa Yang selamat hanya satu golongan saja' memang memiliki banyak versi riwayat yang berbedabeda, di antaranya versi yang meriwayatkan Yang binasa hanya satu.' Akan tetapi yang termasyhur adalah riwayat pertama. Namun di sini harus dimengerti duduk permasalahannya terlebih dahulu, bahwa golongan yang selamat adalah mereka yang tidak pernah merasakan siksa Neraka dan tidak pula membutuhkan syafaat. Sedangkan mereka yang menjadi target malaikat Zabaniyyah untuk diseret ke Neraka tidak bisa disebut 'yang selamat meskipun pada akhirnya mereka diangkat dari jurangjurang Neraka dengan bantuan syafaat. Bahkan ada riwayat yang secara spesifik menyebutkan bahwa 'Semua masuk Surga kecuali kaum Zindiq, dan mereka ini hanya satu golongan saja.'
Melihat pertentangan redaksi hadis di atas, menurut penulis bisa juga keseluruhannya sahih (valid) dengan pengertian bahwa yang satu golongan binasa adalah mereka yang kekal abadi di Neraka. Binasa merupakan ungkapan yang mewakili orang yang terjebak keputusasaan akan kebaikan dirinya. Dan golongan satu yang selamat adalah mereka yang langsung masuk Surga tanpa proses hisab dan syafaat. Setiap orang yang mengalami proses hisab pasti disiksa, sehingga ia tidak bisa disebut sebagai ‘orang yang selamat.' Begitu juga orang yang mendapatkan fasilitas syafaat, ia pasti juga merasakan kehinaan (Neraka), dan mereka ini tidak bisa juga disebut 'yang selamat.' Kedua jalan ini merupakan ungkapan dari kebaikan dan keburukan laku manusia. Sementara itu, sisa golongangolongan lainnya berada di antara kedua tingkatan ini. Ada yang hanya disiksa dengan proses hisab saja. Ada lagi yang di panggang dekat api Neraka untuk kemudian langsung diselamatkan dengan syafaat. Dan ada lagi yang masuk Neraka sebatas kadar kesalahan-kesalahan mereka dalam berakidah dan bid'ah-bid'ah mereka, juga menurut besar kecil maksiat mereka untuk dikeluarkan. Dengan demikian, yang binasa dan kekal di Neraka hanyalah satu golongan saja, yaitu mereka yang mendustakan dan atau membolehkan pendustaan pada Rasulullah demi kepentingan tertentu.
Adapun itu dalam konteks sweet-war lain. Barangsiapa yang sudah mendenga secaие ти watir kabar tentang kemunculan Raoul, far-ifr dan mukjizat-mukpzat yang di luar kebiasaan seperti membedah bulan, tabihnya baru-baru, das memancarnya sir dari jari-jari beliau, senne makjizat Alquran yang menantang kehebatan sekurak adli Jagahah namun mereka tidak mampu menandingi nya, kemudian ia mangkit dan berpaling, sere tidak mau merenung, dan tidak pula berinisiatif mem- benarkannya, maka ia termasuk kafir, pembohong dan pendusta. Perlu ditegaskan di sini, balowa bang- sa Romawi dan Turki tidak bisa dimasukkan dalato kategori ini karena képuhan leuk geografis mereka dengan negara umat Islam. Lebih lanjut menurut penulis, orang yang telah mendengar berita kena bian ini, seharusnya muncul dalam diri mereka motivasi untuk mencari klarifikasi dan kejelasan akan hakikat permasalahan. Hal ini jika memang dia benar-benar ahl ad-din (orang beragama) dan bukan termasuk orang yang lebih mencintai kehidu pan dunia daripada Akhirat mereka. Aninya mereka yang tidak terdorong oleh motivasi klarifikasi ini lebih disebabkan karena keterpurukan mereka dalam belenggu keduniaan serta kekosongan diri mereka dari rasa takut dan masalah agama. Mereka ini termasuk orang kafir. Sementara orang yang me miliki motivasi ini, namun ia tidak bergerak, maka ia juga orang kafir. Karena jika memang benar- benar beriman pada Allah dan Hari Akhir, mereka tidak akan berpaling dari pencarian kebenaran ini, apalagi setelah munculnya problema-problema dengan sebab-sebab adi kodrati. Lalu, jika ada urmat terdahulu yang bergerak melakukan penelaahan dan pencarian tahu, namun terbatas pergerakannya, kemudian ia sudah keburu meninggal sebelum me- rampungkan proses pencarian kebenaran ini, maka ia diampuni dan akan mendapatkan kasih sayang Allah yang nan luas.
Oleh karena itu, luaskan dan jabarkanlah kasih Allah dan jangan sekali-kali menilai masalah- masalah ketuhanan dengan parameter keduniaan yang terbatas dan simbolistik. Ketahuilah! Akhirat begitu dekat dengan dunia. Allah tidak mencipta- kan dan membangkitkan kamu sekalian kecuali sebagai satu jiwa. Sebagaimana kebanyakan pen- duduk dunia yang pasti lebih memilih kenikmatan dan keselamatan di tengah kondisi kritis daripada dibunuh dan dimatikan, dan hanya sedikit saja orang yang mencita-citakan kematian, maka begitu juga dalam konteks orang-orang yang kekal di Neraka, orang-orang yang selamat dan mampu keluar dari Neraka pun sedikit pula. Namun dalam kedua konteks dunia dan Akhirat, kasih sayang Allah tidak pernah berbeda. Dunia dan Akhirat hanya melambangkan perbedaan kondisi manusia saja. Karena signifikansi kasih sayang Allah inilah, sabda Rasulullah berikut ini memiliki makna. Beliau bersabda: "Hal yang mula-mula ditulis Allah di Kitab Pertama adalah 'Akulah Allah dan tiada tuhan selain Aku. Kasih sayang-Ku mendahului Murka- Ku. Maka barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul utusan Allah, maka ia akan beroleh Surga."
Ketahuilah! Orang-orang waskita telah diper- lihatkan terlebih dahulu akan kasih Allah dan keluasan cakupannya dengan sebab-sebab dan mukāsyafab, di samping dari informasi hadis dan asar yang mereka dapatkan. Pemaparan masalah ini akan sangat panjang. Maka sebagai inti pesan "Tebarkan kabar gembira tentang kasih sayang Allah dan keselamatan mutlak jika telah kau kum- pulkan antara iman dan amal saleh. Dan kabarkan juga akan kehancuran total jika kau lepas dari keduanya. Jika kamu termasuk orang yang yakin akan kebenaran taşdiq, namun terjebak dalam ke- salahan menakwilkan, atau ragu di dalam keduanya, atau mencampur-adukkan amalan-amalan, maka jangan kau harapkan keselamatan mutlak."
Ketahuilah! Engkau berada di antara siksa sesaat dan syafaat Surga. Dan ini merupakan masalah yang genting. Maka bergiatlah agar Allah mengaruniaimu dengan kemuliaan-Nya Sendiri, bukan dengan syafaat para penyafaat.
Sebagian kalangan menyangka bahwa dasar pengafiran lebih berlandaskan akal dan bukan Syara' dan orang yang tidak mengenal (baca: mempercayai) Allah adalah orang kafir, sementara yang mengenal Allah adalah Mukmin. Maka saya tegaskan pada mereka bahwa hukum penghalalan darah (orang yang dikafirkan setelah Islam) dan vonis keabadian di dalam Neraka adalah hukum Syari. Tidak bisa juga membatasi orang kafir sebagai orang yang tidak mengenal (baca: mempercayai) Allah, karena orang yang tidak mempercayai Rasul dan Hari Akhir adalah juga kafir. Lalu, jika orang yang tidak masa bodoh dengan zat Allah disebut sebagai hanya memangkiri wujud atau keesaan-Nya, tanpa sifat- sifat-Nya yang lain, maka mungkin ia akan lebih dibahagiakan. Dan jika memang orang yang keliru dalam sifat-sifat-Nya dianggap sebagai bodoh dan kafir, maka mereka harus mengafirkan pula orang yang menafikan sifat baqa (kekal) dan qidām (dahulu) bagi Allah, juga orang yang menafikan kalām (sifat wicara Allah) sebagai wasf zaid (atribut komplemen) atas ilmu yang menafikan kebolehan melihat Allah (ru'yah), hingga orang yang menetapkan jibab (arah posisi) bagi Allah, menetapkan iradab sebagai sifat aksiden (sifat baru) yang tidak ada dalam zat-Nya atau di segala tempat, serta harus mengafirkan pula orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka. Atau secara umum, ia harus mengafirkan setiap masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Ini jelas-jelas tidak berdasar sama sekali.
Ada sekelompok orang lagi yang berkata: "Aku hanya mengafirkan orang yang mengafırkanku dan tidak akan kukafirkan orang yang memang tidak mengafirkanku." Ini jelas tidak berdasar sama se- kali. Jika ada yang berkata misalnya bahwa 'Ali lebih berhak menjadi pemimpin umat (menggantikan Rasul), maka seseorang tidak menjadi kafır jika menyalahkan pelontarnya. Dan jika pun ia me- nyangka orang yang berbeda dengannya dalam kon- teks ini sebagai kafir, maka ia tidak lantas menjadi kafir, melainkan hanya kekeliruan saja dalam masalah Syara'. Begitu juga seorang Hambaliyyah tidak kafir ketika ia menetapkan arah posisi (jihah) bagi Allah. Dan ia juga tidak bisa dikafırkan ketika keliru atau ketika mengklaim bahwa orang yang menafikan ketetapan ini sebagai pembohong dan bukan penakwil.
Adapun sabda Rasulullah: "Jika salah seorang Islam menuduh kafır koleganya maka salah satunya telah kafir (sebab mengafirkan) harus dipahami dalam konteks bahwa orang tersebut mengafirkan teman- nya dengan pengetahuan penuh akan kondisinya (sebagai pembenar Rasulullah). Barangsiapa yang mengetahui dari yang lainnya bahwa dia mem- benarkan Rasulullah, kemudian mengafirkannya maka si pengkafir telah kafir. Beda dengan jika ia mengafirkannya atas dasar sangkaan bahwa ia telah mangkir dan mendustakan Rasulullah Saw, maka ia hanya keliru dan tidak kafir.
Dengan kasus-kasus seperti ini, semoga kita jadi tersadar akan kedalaman kaidah pengafiran dan kanun yang harus kita ikuti. Maka cukuplah sampai di sini dan semoga kedamaian senantiasa menyertai kita.
0 Komentar