Apakah Allah adil atau tidak adil.?

Fatawa Khalili: Apakah Allah adil atau tidak adil.?

سئل: عن شخص خلقه الله تعالى كما اختار ثم استعمله فيما اختار، إن شاء أدخله الجنة وإن شاء أدخله النار أعدل أم جار؟

(Ditanya): Bagaimana hukum seorang yang diciptakan oleh Allah sesuai kehendak-Nya, lalu digunakan dalam pilihan-Nya? Jika Allah menghendaki, Dia memasukkannya ke dalam surga, dan jika menghendaki, Dia memasukkannya ke dalam neraka. Apakah ini adil atau tidak adil?

أجاب: اعلم وفقك الله تعالى للحق أن أصل هذا التشكيك للمعتزلة قبحهم الله تعالى، ونقول: إن الأمر كما ذكر في السؤال، والجواب أن الاختيار صادق بالاختيار إلى عمل الجنة، فيختار له عملها، إما عملا لا يتغير أصلا أو يتغير، وفى الحديث الصحيح: «إن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع، فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها، وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى يكون ما بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها» وكل ذلك على ما في العلم القديم الذي لا يتغير ولا يتبدل، فريق في الجنة وفريق في السعير، وبالاختيار إلى النار يختار له عملا، إما عملا لا يتغير أو عملا يتغير فله أن يدخل جميع الخلق الجنة بكرمه وحلمه، وله أن يدخل الجميع النار بعدله ولا ينسب له ظلم ولا جور، فتصرفه في ملكه كيف يشاء، فهو الفاعل المختار، وأصل هذا السؤال للمعتزلة أذلهم الله تعالى، كما حكي أنه دخل القاضي عبد الجبار المعتزلي دار الصاحب فرأى الأستاذ أبا إسحاق الإسفرائيني فقال له على الفور: سبحان من تنزه عن الفحشاء، فقال الأستاذ على الفور: سبحان من لا يجري في ملكه إلا ما يشاء، فالتفت إليه عبد الجبار وعرف أنه فهم مراده وقال له: أيريد ربنا أن يعصى؟ فقال له الأستاذ: أفيعصى ربنا قهرا؟ فقال له عبد الجبار: أرأيت إن منعني الهدى وقضى علي بالردى أحسن إلي أم أسا؟ فقال له الأستاذ: إن كان منعك ما هو لك فقد أساء، وإن كان منعك ما هو له فيختص برحمته من يشاء. فانصرف، فقال الحاضرون: والله ليس عن هذا جواب، والله تعالى أعلم

(Dijawab): Ketahuilah, semoga Allah memberi Anda petunjuk kepada kebenaran, bahwa asal keraguan ini berasal dari kalangan Mu'tazilah (semoga Allah menghancurkan mereka). Kami menjawab bahwa urusan tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam pertanyaan.

Adapun jawabannya: pilihan itu terjadi dalam kaitannya dengan amalan menuju surga. Maka Allah memilihkan untuk seseorang amalan surga, baik amalan yang tidak berubah sama sekali maupun yang bisa berubah. Dalam hadis yang sahih disebutkan:

"Sesungguhnya salah seorang dari kalian akan melakukan amal perbuatan ahli neraka, hingga antara dirinya dengan neraka tinggal sejengkal, lalu kitab (takdir) mendahuluinya, sehingga dia melakukan amal perbuatan ahli surga dan masuk ke dalamnya. Sebaliknya, salah seorang dari kalian akan melakukan amal perbuatan ahli surga, hingga antara dirinya dengan surga tinggal sejengkal, lalu kitab (takdir) mendahuluinya, sehingga dia melakukan amal perbuatan ahli neraka dan masuk ke dalamnya."

Semua itu terjadi sesuai dengan ilmu Allah yang azali, yang tidak berubah dan tidak tergantikan, di mana segolongan manusia berada di surga dan segolongan lainnya berada di neraka.

Demikian pula dalam kaitannya dengan pilihan menuju neraka. Allah memilihkan untuk seseorang amalan tertentu, baik amalan yang tidak berubah maupun amalan yang dapat berubah. Allah memiliki kekuasaan untuk memasukkan seluruh makhluk ke dalam surga dengan kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya, atau memasukkan mereka semua ke dalam neraka dengan keadilan-Nya. Tidak ada yang dapat menisbatkan kezhaliman atau ketidakadilan kepada-Nya, karena Allah bebas bertindak atas milik-Nya sesuai kehendak-Nya. Dia adalah pelaku yang memiliki kehendak mutlak.

Asal pertanyaan ini dari kaum Mu'tazilah (semoga Allah merendahkan mereka), sebagaimana diceritakan bahwa Qadhi Abdul Jabbar al-Mu'tazili pernah memasuki rumah as-Shahib dan bertemu dengan al-Ustadz Abu Ishaq al-Isfaraini. Qadhi Abdul Jabbar berkata:

"Subhanallah yang Maha Suci dari keburukan."

Lalu Abu Ishaq langsung menjawab:

"Subhanallah yang tidak terjadi dalam kerajaan-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki."

Abdul Jabbar pun menoleh dan menyadari bahwa Abu Ishaq memahami maksudnya. Lalu Abdul Jabbar bertanya:

"Apakah Tuhan kita menghendaki kemaksiatan terjadi?"

Abu Ishaq menjawab:

"Apakah kemaksiatan terjadi di luar kehendak Tuhan kita?"

Abdul Jabbar bertanya lagi:

"Bagaimana jika Dia mencegahku dari petunjuk dan menetapkanku dalam kesesatan, apakah Dia berbuat baik kepadaku atau berbuat buruk?"

Abu Ishaq menjawab:

"Jika Dia mencegahmu dari sesuatu yang menjadi hakmu, maka Dia telah berbuat buruk. Namun jika Dia mencegahmu dari sesuatu yang menjadi milik-Nya, maka Dia berhak memberikan rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki."

Abdul Jabbar pun pergi, dan orang-orang yang hadir berkata:

"Demi Allah, tidak ada jawaban lain yang lebih tepat dari ini."

Allah Ta'ala lebih mengetahui.

0 Komentar

Posting Komentar