Fatawa Khalili: Apakah Beribadah Kepada Allah di suatu arah atau tempat?
سئل: هل عبد الله تعالى في جهة ومكان أم لا؟ وهل عبد الله تعالى في جهة القبلة أم لا؟ فهل يكون معبودا في الجهة أم للجهة؟
(Ditanya): Apakah menyembah Allah berada di suatu arah atau tempat? Apakah Allah berada di arah kiblat? Apakah Allah disembah dalam arah atau untuk arah?
أجاب: الله تعالى جل جلاله وعظم سلطانه معبود لذاته وجلاله وكماله لما وقر في قلوب المقربين وثبت في عيون العارفين} ولله المشرق والمغرب فأينما تولوا فثم وجه الله {} وهو معكم أينما كنتم {فعابده في الجهة مجسم ضال مضل قاصر النظر قاصر الدليل مطرود عن ساحة الجليل، ومثل الجهة المكان والزمان؛ لأنه كان ولا مكان ولا زمان، وهو الآن على ما عليه كان، القديم بذاته وصفاته لا يماثل الحوادث بوجه؛ لأنه أحدثها وهو صانعا، وأين للصنعة أن تماثل الصانع، بل هو جل جلاله مخالف للمصنوعات مكانا كانت أو زمانا جسما أو عرضا، فاتق الله أيها السائل ولا تكن من الغافلين فتلحق بالأخسرين أعمالا} الذين ضل سعيهم في الحياة الدنيا وهم يحسبون أنهم يحسنون صنعا {فلو علمت القدم لمولانا تعالى ومخالفته للحوادث لما سألت هذا، والله هو الكبير المتعال، وإنما نتوجه للقبلة لأمره تعالى لنا بذلك، لا لأنه في جهة القبلة، تعالى علوا كبيرا عن الجهة والمكان والزمان، وعما يقول الظالمون والجاحدون علوا كبيرا، ولا يكون معبودا في الجهة ولا لجهة، فالله معبود لذاته وصفاته لما له من الكمال والجلال والإنعام والإفضال، فمن عبده للذات فهو كامل الصفات متأدب مع رب الأرض والسماوات، ومن عبده لنعمه فهو أسير الشهوات ناقص الرتبة عن مقام الأول، ومن عبده لأمره ونهيه فذاك من أقل المقامات ومن أنزل الحالات، فهو كحمار الرحى يدور معها بالندهة ويقف عند أمره بالوقوف، فهو أسير لذلك قاصر النظر واقف مع الأثر غائب عن الخبر، وما عدا هذه الثلاث مراتب فكلها ضلال ووبال وخيبة وخسران ومرتكبها حيران وفى الآخرة ندمان؛ لأنه ضل عن الطريق ولم يجد له من رفيق ولا صديق لأنه ضل عن سواء الطريق، فإني لك من الناصحين والمحذرين، فارجع عن هذا الوهم الذي ينزل بك إلى أسفل السافلين، فأنت معه على شفا جرف هار، والله هو الواحد القهار، وهذا السؤال يدل على أن سائله جاهل غافل لا يعقل، فليرجع عما سول له شيطانه فأوقعه في ضلال مبين، والله هو الموفق أعلم
(Dijawab): Allah Ta'ala, Maha Suci dan Maha Agung, disembah karena zat-Nya, keagungan-Nya, dan kesempurnaan-Nya. Hal ini terpatri dalam hati para kekasih Allah dan terbukti dalam pandangan para arifin. Firman Allah:
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat; maka ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah." (QS. Al-Baqarah: 115)
"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (QS. Al-Hadid: 4)
Menyembah Allah dengan keyakinan bahwa Dia berada di arah tertentu adalah sifat seorang mujassim (yang menyerupakan Allah dengan makhluk), sesat, dan menyesatkan. Orang seperti itu memiliki pemahaman yang dangkal dan terbatas serta dijauhkan dari rahmat Tuhan Yang Maha Agung.
Arah, tempat, dan waktu sama sekali tidak berlaku bagi Allah. Allah ada sebelum adanya tempat dan waktu, dan Dia tetap seperti adanya tanpa perubahan. Dia adalah yang azali, dengan zat dan sifat-sifat-Nya yang tidak menyerupai makhluk. Allah menciptakan makhluk, dan mustahil ciptaan menyerupai Sang Pencipta. Allah berbeda dari segala makhluk, baik dari segi tempat, waktu, tubuh, maupun sifat.
Oleh karena itu, wahai penanya, bertakwalah kepada Allah. Janganlah kamu termasuk orang yang lalai sehingga menjadi bagian dari orang-orang yang paling merugi, yaitu:
"Orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahfi: 104)
Jika kamu memahami azali-Nya Allah dan ketidakserupaan-Nya dengan makhluk, kamu tidak akan bertanya seperti ini. Allah Maha Besar dan Maha Tinggi. Kita menghadap kiblat semata karena perintah Allah, bukan karena Dia berada di arah kiblat. Maha Suci Allah dari arah, tempat, waktu, dan segala apa yang dikatakan oleh orang-orang zalim dan kufur.
Allah tidak disembah karena berada di arah tertentu atau untuk arah tertentu. Dia disembah karena zat-Nya dan sifat-sifat-Nya yang penuh dengan kesempurnaan, keagungan, kenikmatan, dan kemurahan.
Ada tiga tingkatan dalam menyembah Allah:
Menyembah Allah karena zat-Nya: Ini adalah tingkatan tertinggi dan menunjukkan kesempurnaan akhlak serta adab terhadap Allah, Rabb langit dan bumi.
Menyembah Allah karena nikmat-Nya: Ini menunjukkan bahwa seseorang masih terbelenggu oleh syahwat dan belum mencapai tingkatan pertama.
Menyembah Allah karena perintah dan larangan-Nya: Ini adalah tingkatan yang paling rendah. Orang seperti ini seperti seekor keledai penggiling, yang berputar karena didorong dan berhenti karena diperintah. Dia terbatas pada syariat yang tampak dan lalai dari hakikat ilahiah.
Selain dari tiga tingkatan ini, semua bentuk ibadah lainnya adalah kesesatan, kehancuran, dan kerugian. Pelakunya akan kebingungan di dunia dan menyesal di akhirat karena tersesat dari jalan yang benar tanpa teman atau penolong.
Oleh karena itu, aku menasihatimu untuk segera meninggalkan khayalan yang menjatuhkanmu ke tempat yang paling rendah. Kamu seperti berada di tepi jurang yang hampir runtuh. Allah adalah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa penanyanya adalah orang yang jahil dan lalai, yang tidak menggunakan akalnya dengan benar. Hendaklah dia meninggalkan bisikan setan yang telah menjerumuskannya ke dalam kesesatan yang nyata.
Allah adalah pemberi taufik. Dialah yang lebih mengetahui.
0 Komentar