Fatawa Khalili: Perselisiahan Tentang Baitullah (Rumah Allah)
سئل: في رجلين اختصما على بيت الله، أحدهما قال: يستحيل على الله الجهة والمكان، والآخر يقول: لا ربنا اتخذ له بيتا، ما نعرف أيا منهما على الحق؟.
(Ditanya): Bagaimana jika dua orang berselisih tentang Baitullah (Rumah Allah), di mana salah seorang mengatakan bahwa mustahil bagi Allah memiliki arah dan tempat, sementara yang lain mengatakan, "Tidak, Tuhan kita telah membuatkan rumah untuk-Nya"? Siapa di antara mereka yang berada di pihak yang benar?
أجاب: هاتان العبارتان بظاهرهما لا خطأ فيهما؛ لأن الكعبة شرفها الله تعالى بيت الله، واتخذها الله تعالى بيتا، قال تعالى {إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة} لأن الإضافة في قولنا: بيت الله؛ للتشريف، ومعنى الاتخاذ أن الله تعالى جعل الكعبة مثابة للناس وأمنا، وإنما الخطأ أن يراد بالبيت ما يراد ببيت أحدنا الذي ينام فيه ويأوي إليه، فمن اعتقد هذا من القائل الأول والقائل الثاني فهو كفر يجب اجتنابه، والمشهور أن المساجد بيوت الله، بمعنى أن الله تعالى يعبد فيها، لا بمعنى حلول الله تعالى بها، فهذا لا يجوز لأحد اعتقاده، وهذا السؤال غير محرر، وفيه مخالفة لكلام النحاة، ولا ريب أن المكان والجهة محالان على الله تعالى، بمعنى حلوله بهما، وأما ما يقع في الكتاب والسنة من نسبة الجهة والمكان مثل {وهو الذي في السماء إله وفى الأرض إله} ومثل: «ينزل ربنا إلى سماء الدنيا» الخ، فمؤول الأول بمعنى أنه مألوه؛ أي معبود في الأرض، والثاني بمعنى نزول رحمته أو ملائكته. انتهى، والله تعالى أعلم
(Dijawab): Kedua pernyataan tersebut, jika dilihat secara lahiriah, tidak mengandung kesalahan. Sebab Ka'bah, yang dimuliakan oleh Allah, memang disebut Baitullah (Rumah Allah) dan Allah menjadikannya sebagai rumah untuk-Nya, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk manusia adalah yang di Bakkah" (QS Ali Imran: 96). Penyandaran "Rumah Allah" di sini adalah untuk memberikan kemuliaan. Adapun makna "menjadikan rumah" adalah Allah menjadikan Ka'bah sebagai tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.
Kesalahan hanya muncul jika yang dimaksud dengan "rumah" adalah sebagaimana rumah kita, tempat kita tidur dan berlindung. Jika seseorang dari pihak pertama atau kedua memiliki keyakinan demikian, maka itu adalah kekufuran yang harus dijauhi.
Pendapat yang masyhur adalah bahwa masjid-masjid disebut "Rumah Allah" karena di dalamnya Allah disembah, bukan karena Allah bersemayam di dalamnya. Keyakinan seperti itu tidak diperbolehkan oleh siapa pun.
Pertanyaan ini kurang tersusun dengan baik dan bertentangan dengan kaidah tata bahasa. Tidak diragukan bahwa tempat dan arah mustahil bagi Allah, dalam arti bahwa Allah tidak bersemayam di tempat atau arah tertentu.
Adapun ungkapan dalam Al-Qur'an dan Hadis yang menyebutkan arah atau tempat, seperti firman Allah "Dan Dia-lah Tuhan di langit dan Tuhan di bumi" (QS Az-Zukhruf: 84), serta sabda Nabi "Rabb kita turun ke langit dunia," maka ayat pertama ditafsirkan sebagai bahwa Allah disembah di langit dan di bumi. Sedangkan yang kedua ditafsirkan sebagai turunnya rahmat atau malaikat-Nya.
Selesai. Allah Ta'ala lebih mengetahui.
0 Komentar